Backpackeran di JOGJA = Nggembel
Part 1 - persiapan
Ini adalah kisah 4 remaja yang tergila-gila dengan istilah backpacker dan sok-sokan untuk melakukan backpacker tanpa biaya banyak dan tanpa persiapan yang matang. 4 remaja ini adalah Kiki’yakni saya sendiri, Uqan, Nusem dan Budi. Perjalanan kami ini dipelopori oleh Nusem yang telah keracunan oleh buku Naked Traveller milik Trinity. Yakni buku yang berceritakan tentang perjalanan menuju tempat-tempat plesir yang ada di muka bumi ini. Mungkin karena dia iri dengan si penulis sehingga saya, uqan dan budi menjadi korban untuk menemani dia dalam perjalanan ini.
Saat itu, kami sedang duduk di bangku SMA. Tepatnya kelas 11. Kami berada di sekolah yang sama dan tinggal di dalam satu asrama. Karena kami tinggal di dalam asrama, maka seantero peraturan harus kami taati. Salah satunya adalah, “DILARANG KELUAR ASRAMA TANPA IJIN!!”. Namun, kami diijinkan pulang kok dua minggu sekali. Dan waktu itu menjadi waktu yang kami pilih untuk melancarkan aksi plesiran kami. Tujuan kami adalah kota pelajar, JOGJA.
Ada satu peraturan yang harus diingat bagi para penghuni asrama ketika minta ijin untuk keluar asrama yakni “Tujuan kalian minta ijin pulang adalah untuk pulang ke rumah bukan ke tempat lainnya!!”. Artinya, kegiatan kami untuk backpackeran di JOGJA termasuk dalam kategori TERLARANG. Karena pihak asrama khawatir kalau kalau kami mendapatkan serangan dari para fans yang tidak jelas dari mana yang ingin mencuri kita dan tidak ingin membiarkan kita hidup lama-lama (jayus). Yang jelas, pihak asrama takut kami mendapatkan suatu kejadian yang tidak diinginkan seperti kecelakaan dan lain-lainnya. Kalau peraturan ini dilanggar dan kita kepergok sedang plesiran di JOGJA, maka sampai akhir tahun kita tidak akan diijinkan pulang plus dapat omelan yang luar biasa menakutkannya karena pembina asrama kami yang terkenal galaknya. Namun seribu cara telah kami kerahkan untuk mengelebui si pembina hingga akhirnya kami bisa plesiran. Hal ini juga berkat kelicikan-kelicikan kami yang telah menjadi bakat terpendam dimana ikut serta dalam usaha pengelabuan seorang pembina asrama yang paling ditakuti di satu kampus kami tersebut. (lagu we are the champion dimainkan)
Setelah berminggu-minggu kami mempersiapkan rencana ini, akhirnya kami memulai perjalanan kami juga. Dimulai dari stasiun Salam yang berlokasi di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen yang Tidak jauh dari asrama kami. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari asrama menuju stasiun ini.
Ada satu catatan juga bahwa kami hanya membawa uang yang sangat minim. Saya hanya membawa uang sekitar Rp 60.000. sedangkan Nusem saya tidak tahu dia membawa uang berapa, yang jelas sedikit. Terlihat dari tampangnya yang pelit plus itung-itungan. Begitu juga si Budi, dia bilangnya saat itu hanya membawa uang sedikit. Namun, sepertinya dia membawa uang lebih, mungkin dia takut uang milik dia akan diembat dalam perjalanan ini. maklumlah, namanya saja backpacker, moto kami adalah “Bisa plesiran dengan modal yang super minim dan masalah kekurangan kita nanti, serahkan saja pada si Furqan Hala”. Ya, si Uqan, dialah manusia normal dalam perjalanan ini yang membawa uang lumayan banyak dan InsyaAllah cukup untuk menghidupi kita semalaman di jogja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar