Hari ini adalah hari dimana saya mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga. 17 agustus 2011, teman-teman saya dan saya diundang oleh seorang warga turki untuk buka bersama. Pertama saya sedikit ragu-ragu dengan undangan ini, “yakin ini saya diundang? Gak kenal saya sama yang ngundang. Ntar kalo ditanyain aneh-aneh pake bahasa turki gimana? Mau njawab gimana?”. Banyak sekali pertanyaan yang muncul dibenak saya tentang apa yang akan terjadi sehingga membuat saya semakin ragu saja. Lagi pula saya juga tidak tahu siapa yang mengundang ditambah lagi saya masih belum bisa menguasai bahasa turki dengan baik. namun, dengan bismillah saya putuskan saya berangkat. Untungnya ada teman saya yang sudah jago bahasa turki. Tambah mantab sudah keputusan saya untuk pergi.
Perjalanan kami di mulai dari asrama sekitar pukul 7.40 pm, yakni setelah kami menunggu orang yang akan menemani kami menuju rumah milik seorang yang mengundang kami datang menjemput kami. Orang yang menjemput kami bernama Mustafa. Karena dia lebih tua dari kami, kami memanggil dia dengan “Mustafa Abi”. Tambahan Abi disini adalah panggilan untuk laki-laki yang lebih tua dari kita. Saya dan teman-teman saya, yakni Fitriyanto, Sajid, Andika dan Arief dengan ditemani oleh Mustafa Abi akhirnya pun menuju rumah bapak yang baik hati.
Apa yang pertama kali diucapkan oleh Mustafa Abi, “Turkce biliyor musun?(kamu mudeng bahasa turki kagak?). alhamdulillah teman saya yang jago bahasa turki, Fitriyanto langsung menjawab dengan mantabnya. Mustafa Abi pun sepertinya juga lega karena mendengar bahwa kami bisa berbahasa turki. Percakapan kami pun dilanjutkan dengan perkenalan pada umumnya. Kami berbincang-bincang sembari jalan untuk menuju kendaraan yang akan membawa kami menuju lokasi. Saya pikir kendaraan kami sudah siap siaga, seperti servis (mobil antar jemput) yang biasa kami gunakan ketika kami sedang jalan-jalan di turki, ternyata tidak. Mustafa Abi ternyata terlebih dahulu memesan taksi untuk kami. Dalam hati saya tertawa, “saya ini loh, kok hobinya menghayal yang enggak-enggak”.
1 taksi kecil untuk 7 orang? Taksi yang Mustafa Abi pesan ternyata kecil. Sedangkan kami jumlahnya lumayan banyak dan bisa dibilang melebihi muatan. Apalagi 2 dari kami memiliki badan yang jumbo, yakni Andika dan Arief. Alhasil, kami harus berdempet-dempetan. Di bagian belakang ada Andika, Arief, Fitriyanto dan saya. sedangkan Sajid dan Mustafa Abi duduk di samping pak sopir yang sedang bekerja. Alhamdulillah muat ternyata. Badan kami (Mustafa Abi, Fitriyanto, Sajid dan saya) yang kecil nan ramping bermanfaat kali ini.
Sekitar 20 menit perjalanan kami menuju lokasi. Lumayan jauh juga dari asrama kami. Namun, perjalanan ini tidak terasa karena kami begitu menikmatinya. Lagi pula kami juga belum pernah ke tempat ini sebelumnya, sehingga apapun yang kami lewati terasa baru dan harus diamati dan jangan sampai kelewatan.
Sampai yuk sampai. Ayo semuanya turun dari taksi. Akhirnya kami sampai juga. Bukan di rumahnya namun di muka gang. Kami masih harus berjalan lagi untuk menuju rumah si pemilik. Tidak jauh dari muka gang, namun cukup melelahkan karena kami sedang puasa dan jalannya pun menanjak. Bak mendaki gunung di sore hari. Laper laper laper. Kami sudah mengeluh kalau kami lapar dan siap untuk menyantap jamuan yang akan kami dapatkan.
Ini rumah? Bukan. Ternyata bukan rumah yang kami tuju, melainkan seperti apartemen. Dari luar nampak sederhana, namun didalamnya seperti apakah? Pertama, kami melepas sepatu kami di muka pintu masuk. Disana sudah tersedia rak sepatu. Hanya kaos kaki saja yang boleh dikenakan. Setelah itu kami mengikuti Mustafa Abi yang menjadi penunjuk jalan menuju dimana ruangan milik si pengundang. Tempatnya bersih, lorong-lorongnya juga bersih dan tidak berantakan. Ada liftnya juga. Dalam hati saya membatin, “ini apartemen dari luar kecil plus sederhana. Tapi dalemnya ada lift.”
Setelah memiliki tour kecil di lorong apartemen akhirnya kami sampai juga. Anak pemilik rumah ini yang masih kecil dan menurut saya masih anak sd bau kencur menyambut kami. Anak kecil ini berbeda dengan anak-anak kecil di Indonesia yang saya temukan. Meskipun dia kecil, dia sudah berlagak seperti orang dewasa. Menjabat tangani kami satu per satu sembari mengucapkan “Hos geldiniz ( selamat datang om).” Kami juga disambut oleh pemilik rumah yang mulai dari tadi sore menjadi perbincangan hangat di dalam kepala saya. Tinggi, besar, gemuk, berjenggot dan sedikit botak. Itulah sesosok pemilik rumah tersebut. Namanya? Sayangnya kami tidak tanya, karena kami malu-malu dan sedikit takut. Kami pun dipersilahkan duduk di ruangan yang telah tersedia.
Cover memang bukan wakil dari isi sebuah buku. Dari luar tampak sederhana namun di dalam rumah ini lumayan mewah. Ada sofa, TV plasma yang lumayan besar. Lemari yang berisikan barang-barang pajangan, patung-patung kecil dan korden-korden yang indah yang menutupi jendela ruangan ini. Tidak lupa di setiap rumah terdapat karpetnya. Tak heran kalau turki terkenal dengan karpetnya. Di ruangan itu juga sudah disiapkan 2 meja bundar beserta makanan dan minuman pembuka lengkap untuk kami. Dengan sedikit rasa canggung, kami mengambil posisi.
Tak lama kami duduk, datanglah 3 pemuda yang akan menemani kami berbuka. Pertama kami tambah gugup, namun alhamdulillah orang-orang ini ramah. Maklumlah mereka anak muda jadi kami bisa sedikit nyambung. Saya duduk di sebelah salah satu dari mereka yang sedikit pendiam. Namun seiring kami menikmati santapan buka, kami sedikit berbincang-bincang dan berkenalan dengan orang tersebut. Namanya adalah Adem. Sepintas saya lihat mirip dengan pemerang Tom Riddle di film Harry Potter. Namun sifatnya tidaklah sama. semakin lama, kami semakin akrab dengan Adem Abi. Meski dia masih lupa-lupa dengan kami, namun hal itu tidak menjadi penghalang keakraban kami. Dia sangat baik dan ramah. Dia juga tidak masalah dengan teman kami yang bahasa turkinya kurang baik. dia masih bisa bergurau dan berkomunikasi dengan baik.
Kami sholat tarawih berjamaah. Kami sholat di musholla bagian bawah dari apartemen ini. Mushollanya beda dengan musholla yang ada di Indonesia. Mini namun wah alias mewah. Lantainya yang dilapisi penuh oleh karpet, tembok-temboknya yang ditutupi kayu-kayu yang telah diplitur, di bagian tepi ruangan dikelilingi oleh tempat duduk mirip sofa tanpa kaki yang sangat empuk dan nyaman dan di ruangan ini juga dilengkapi oleh 2 Air conditionair yang membuat ruagan ini semakin nyaman.
Di musholla ini menjadi tempat bersejarah bagi kami, yakni sholat tarawih yang terlama. Di setiap rakaat, imam membaca 1 halaman alquran. Ada 20 rakaat sehingga dalam sholat tersebut si imam telah membacakan 1 juz alquran. Alhamdulillah kami bisa mengikuti sholat tarawih itu dengan baik. meskipun sedikit lelah. Adem abi pun sampai-sampai menawari kita untuk istirahat saja jika tidak sanggup. Namun, saya pribadi malu kalau saya berhenti di rakaat kedelapan karena saya masih mudah kok kalah sama bapak-bapak yang sudah tua yang masih kuat berjamaah. Saya dan teman-teman pun di beri minum juga di selang sholat tarawih. Mungkin mereka takut kami pingsan karena dehidrasi. Alhamdulillah hingga sholat selesai kami sehat walafiat. Dan saatnya kami untuk pulang.
Kami berpamitan kepada orang-orang yang ikut jamaah disana, terutama kepada pemilik rumah. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada beliau. Dan kami pun meninggalkan tempat itu.
Kami ditemani oleh Adem Abi untuk mencari kendaraan untuk pulang. Saat itu sudah sangat larut, yakni sekitar pukul setengah 12 malam. Sedikit sulit kami mendapatkan taksi dimalam hari. Sembari menunggu, Adem Abi mentraktir kami ice cream. Enak Ice cremnya. Perut saya tambah buncit malam ini karena kebanyakan makan. Bahkan dia juga sempat menawari kami untuk makan cikofte. Haduh, terima kasih sudah abi, saya sudah kenyang.
Akhirnya taksi kami sudah datang. Saatnya berpisah dengan Adem Abi. kami memang baru bertemu namun kami sudah begitu akrab dan dekat. Dia sangat baik, jadi kami sedih juga berpisah dengan Adem Abi. sebelum kami berpisah, saya dan teman-teman saya meminta nomor handphone milik dia. Dia juga bilang bahwa dia InsyaAllah akan mengunjungi kami di Asrama kami. Kami pun menjawab bahwa kami akan menunggunya. setelah kami berpamitan, kami pun kembali pulang ke asrama. Ketika perjalanan pulang saya mengirim sms ke Adem abi, bahwa saya dan teman-teman sangat berterima kasih dan kami menunggu kunjungan dia ke asrama kami.
Sejak malam itu, saya semakin sadar untuk selalu menjadi orang baik kepada siapa pun. Baik kepada orang yang telah lama kita kenal maupun kepada orang yang baru kita kenal. Segala prasangka buruk terhadap orang baru tidaklah benar. Dan segala prasangka itu hanya membuat kita takut untuk mengenal orang yang baru dan hanya menghalangi kita untuk melakukan kebaikan kepada orang-orang disekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar