Untuk keluarga besar saya yang tercinta, Keluarga Rasidin.
Hari ini Istanbul berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tidak secerah hari yang telah saya lalui. Awan yang kelabu dan air hujan yang turun serta angin yang bertiup dengan dinginnya membuat suasana di pagi hari ini menjadi lebih sepi. Jalanan tidak seramai kemarin. Orang yang berlalu lalang di atas trotoar pun lebih memilih untuk tinggal di dalam rumah.
Di pagi yang dingin ini, saya teringat akan keluarga saya. Saya teringat akan kebersamaan kami dalam moment ramadhan dan idul fitri. Semua kenangan itu masih segar dalam ingatan saya. Makan bersama, ziarah ke makam bersama, kumpul dan berbagi cerita serta tangis dan tawa. Tidak akan saya lupa semua itu. Senang rasanya bisa bersama mereka. Senang rasanya memiliki mereka. Senang rasanya bila hari ini saya bisa menikmati indahnya bulan ramadhan bersama mereka. Sangat senang sekali.
Di istanbul ini saya menjalankan ibadah puasa ramadhan tanpa mereka. Sedih rasanya. Saya tidak bisa menikmati nikmatnya masakan mama saya atau tante saya yang gendut di rumah baratan tercinta sambil ditemani keluarga menonton tv. Tidak bisa lagi membantu mereka untuk menghidangkan makanan baik untuk sahur maupun berbuka. Sholat tarawih pun demikian. Saya tidak bisa pergi ke masjid kecil dekat rumah bersama keluarga saya lagi. Setiap tahun padahal saya selalu bisa menikmati ramadhan di masjid itu. Sholat dan tadarus bersama. Kami selalu berangkat bersama untuk menunaikan sholat tarawih. Di malam-malam 10 hari terakhir ramadhan pun demikian. Saya tidak bisa pergi ke masjid jami’ kota jember bersama kakak saya (mas dimas) dan saudara saya (agil). Saya tidak bisa lagi mengendarai sepeda motor di dini hari bersama mereka demi malam lailatul qadar.
Hidup memang tidak bisa diperkirakan seperti apa nanti. Suatu yang tidak pernah terbayangkan pun bisa saja datang pada diri kita. Hingga akhirnya semua tidak akan terasa sama lagi.
Menulis ini, membuat saya menangis saja. Namun ini saya tulis karena saya sayang kepada mereka dan saya merindukan mereka. Apalagi hari ini telah menginjak ramadhan yang ke sebelas dan tidak lama lagi akan datang hari raya idul fitri. Semua ini semakin membuat saya teringat pada moment bersama mereka. Dan semua ini membuat saya untuk semakin siap untuk menghadapi hari kemenangan itu dengan sendiri.
Idul fitri kali ini mungkin akan terasa kurang tanpa mereka. Dimana saya harus menjalaninya di negara orang dan menjalaninya dengan orang yang berbeda juga. Di sini tidak akan saya temukan moment idul fitri seperti moment idul fitri bersama keluarga saya. Tidak ada lagi kunjung berkunjung ke rumah saudara maupun tetangga, tidak ada lagi acara minta uang fitrah ke budhe, pakdhe, tante, om dan mas serta mbak yang udah kerja (mbak desi n mas sigit), tidak ada lagi acara menghabiskan kue kering milik saudara atau tetangga. Semua sudah berbeda.
Inilah rasanya ketika kita jauh dari keluarga. Inilah rasanya kita merantau jauh dari keluarga dan menghadapi segalanya dengan sendiri. Namun, tak apalah. Semua ini demi mereka. Saya juga masih bersyukur kepada Allah Swt yang selalu memberikan saya pertolongan dan selalu menghubungkan saya dengan keluarga saya.
Saat ini, saya hanya bisa berdoa untuk mereka. Berdoa untuk kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan mereka. Meski saya saat ini sangat jauh dari mereka namun saya masih dekat dengan mereka karena rasa sayang saya terhadap mereka. Semoga bulan suci ini akan memberikan banyak berkah bagi kita semua. Amien.
Cukup sudah saya menulis semua ini. Yang berlalu biarlah berlalu. Semua ini bukan untuk terlalu diingat. Semua ini adalah pacuan bagi kita untuk menjalani hidup ini lebih baik daripada moment itu. Sebagai pacuan agar kita melakukan sesuatu yang lebih baik lagi. See you in the other occasion my beloved family. I’m waiting for that time. I love you.
From Istanbul with Love
Rizki Dwi Wahyu Kurniawan
Semangat menjalani hidup ki, semangat!! :D
BalasHapus