Kamis, 26 Mei 2011

Di Sisa Waktu

Oleh : Rizki Dwi Wahyu Kurniawan

Manusia tak pernah luput dari dosa. Begitu juga saya.

Saya adalah remaja yang sedang mencari jati diri. Banyak sekali permasalahan saya seperti remaja lain pada umumnya. Terkadang saya sering frustasi karena masalah saya sendiri. Ketika saya frustasi, saya tak jarang lagi, bahkan sering mencari kegiatan dengan tujuan menghilangkan rasa frustasi dan depresi itu. Namun, jalan yang saya ambil ternyata salah. Menyimpang. Bodohnya juga saya tidakk tahu bahwa semua itu adalah salah.

Saya merasa seperti terjun ke dalam laut kesalahan yang luas dan dalam. Semakin jauh saya berjalan, semakin dalam saya tenggelam. Mungkin saya tidak sendirian di dalam laut itu. Banyak remaja-remaja lain yang tak berfikir panjang yang hanya memikirkan duniawi saja yang ada bersama saya di dalam laut kesalahan. Mereka ada yang jauh lebih dalam dari tempat saya dan ada juga yang baru berada di tepian. Namun sungguh beruntung bagi mereka yang mengurungkan niatnya untuk menyelam lebih jauh ke dalam laut ini.

Semakin dalam saya menyelam, semakin tuli telinga ini. Semakin dalam saya menyelam semakin sulit orang-orang disana menolong saya dan melihat saya. Dan semakin dalam saya menyelam semakin saya menemukan ujung hidup saya yang sia-sia.

Kenapa saya? Saya begitu tak berfikir. Saya begitu bingung dengan apa yang saya lakukan. Begitu banyak bisikan-bisikan yang entah dari mana masuk ke dalam telinga saya namun saya menghiraukannya. Saya hanya ingin terus menyelam dan terus menyelam hingga tenaga saya dan waktu saya habis.

Setelah sekian lama, saat tubuh saya mulai kedinginan dan mulai tak berfungsi, otak saya mulai berputar dan di situlah hati saya berkata. Di situlah saya merasakan hanya hatilah yang mampu mendengar dan mampu berkata di saat saya tak bisa menggunakan mulut saya untuk berbicara, dan tak bisa menggunakan telinga saya untuk mendengar.

Apakah kau gila? Apakah kau tak tahu kau sedang dimana? Bukankah begitu banyak ilmu yang kau dapatkan untuk menjalani hidup ini dengan kebaikan? Namun mengapa kau memilih laut kesalahan ini untuk menhabiskan waktumu? Apakah kau ingin menjadi sebuah bangkai ikan yang tak berarti apa-apa? Apakah kau ingin bersama bongkahan kapal-kapal yang karam ini untuk selamanya?

Hidup tak kekal. Hidup di dunia ini sementara. Hidup memang sulit. Hidup memang penuh dengan cobaan. Namun bukan seperti ini yang Allah inginkan dengan menciptakan saya di dunia, dengan memberi saya ujian dan dengan memberi saya penderitaan.

Waktu saya tak banyak lagi. Mungkin saya tak memiliki harapan untuk keluar dari laut tak berbatas ini. Karena saya tak tahu saya harus kemana.

Namun, hati saya mulai berkata lagi. Dia memberi saya petunjuk. Ilmu-ilmusaya selama ini mulai bekerja dalam otak dan hati saya sehingga saya tahu saya harus bagaimana. Mungkin orang berkata tidak mungkin saya bisa berada dipuncak gunung sekarang karena sekarang saya berada di tengah laut yang dalam. Begitu banyak bisikan-bisikan setan ditelinga saya. Mereka ingin saya untuk tinggal. Mereka ingin saya untuk mati dengan yang lain di dalam laut ini. Mereka berusaha membuat saya putus asa untuk bertobat. Mereka berusaha membuat hati saya ikut mati. Dan mereka berusaha untuk membuat saya percaya bahwa tak ada lagi harapan untuk pergi ke daratan.

Saya memejamkan mata, saya menutup telinga, saya berhenti berbicara dan saya berhenti bergerak. Saya biarkan hati saya yang menyelesaikan semua itu. Karena saya tahu bahwa pada dasarnya hati saya tercipta dalam keadaan bersih dan suci. Saya yakin karena hati saya selalu ingin berkata benar karena hati saya tahu mana yang benar dan mana yang salah. Namun semua itu terhalangi dengan aggota tubuh saya ini.

Saya diam sejenak, merenungkan semua dan memantapkan keputusan saya.

Saat saya tergerak, saat mata saya kembali melihat semua yang ada di sekitar saya dan telinga mulai mendengar suara nyata kehidupan ini, saya dengan sisa waktu dan tenaga saya mencoba untuk mulai berenang menuju daratan, berenang dan terus berenang.

Memang benar bahwa saya tak mungkin bisa berada di pucak gunung sekarang ini, karena saya sekarang berada di tengah lautan.

Namun, berenang menuju ke daratan lebih baik bagisaya dan jauh lebih baik daripada saya harus berdiam diri di dalam lautan kesalahan, terbawa arus lebih jauh dari daratan. Meter per meter mendekati daratan lebih baik bagi saya daripada saya mati kedinginan di tengah laut kesalahan ini tanpa ada yang menolong dan mengubur jasad saya kelak.

Jika memang waktu saya cukup, saya mampu berada di tepian suatu saat nanti dan saya mencoba untuk menjauh dari lautan ini, terus menjauh hingga saya sampai pada tempat dimana saya tak melihat lautan ini lagi.

Kini, saya terus berusaha dan terus bermimpi berada di puncak gunung kemenangan saat ini. Saya terus berenang meski banyak air laut yang asin yang masuk ke dalam mulut saya ini. Saya terus mencari ampunan dari Allah swt, mencari pertolongan dengan menjalankan syariatNya. Dibutuhkan seribu langkah lebih untuk mencapai puncak kemenangan itu, karena tidak mungkin dengan melangkah satu kali kita bisa berada di puncak kemenangan itu sekarang.

“Selangkah demi selangkah menuju surga lebih baik dari pada kita diam dan terbawa arus menuju neraka”.

Minggu, 22 Mei 2011

Wujudkanlah


oleh : Rizki Dwi Wahyu Kurniawan

di salah satu official website seseorang yang tanpa sengaja
saya kunjungi, terdapat sebuah kata mutiara yang menarik perhatian saya.

“ORANG YANG INGIN BERUBAH TAPI TETAP MELAKUKAN HAL YANG SAMA ADALAH ORANG GILA!”

menurut saya, ini bukanlah kata mutiara yang menyindir dan mengingatkan kita secara halus seperti kata-kata mutiara pada umumnya. kata mutiara ini menurut saya seolah-olah mengoyak-ngoyak tubuh saya yang dalam keadaan tidak sadarkan diri sehingga saya terbangun dan kembali melihat indahnya dunia. singkatnya kalimat ini menggugah. menggugah saya akan keinginan-keinginan saya yang belum terealisasikan.

siapa sih yang tidak ingin merubah keadaan dirinya. setiap orang pasti ingin berubah.
berubah dari keadaan yang mereka pikir tidak baik menjadi keadaan yang mereka pikir
jauh lebih baik dan membahagiakan. keinginan ini tidak salah. keinginan ini justru
sangat diperlukan guna untuk memperbaharui kualitas diri dalam kehidupan ini.

namun dari jutaan orang yang ingin berubah, berapakah dari mereka yang berhasil merealisasikannya?

setiap hari kita pasti sering mendengar baik itu dari saudara kita maupun teman kita yang mengatakan bahwa mereka ingin berubah. namun, faktanya tidaklah seperti yang mereka nyatakan. inilah kesalahan dari sebuah keinginan untuk berubah, "tidak ada keinginan untuk mewujudkannya".

contoh si A ingin diet agar menjadi lebih kurus, dia berjanji kepada dirinya sendiri akan menjadi seorang vegetarian yang akan selalu sering berolahraga dan segala aksi guna mewujudkan impiannya. namun pada kenyataannya si A masih saja melakukan kebiasaan sehari-harinya yang dahulu yang membuat dia gemuk daripada melakukan kegiatan-kegiatan yang ia rencanakan agar dia menjadi kurus.

ini bisa dikatakan sebuah penipuan. penipuan terhadap diri sendiri atau ketidak jujuran pada diri
sendiri. kasus kecil seperti ini memiliki dampak buruk juga dalam pembentukan karakter diri.
dalam buku the 7 habits of highly effective teens dikatakan bahwa tindakan seperti ini, yaitu melanggar janji terhadap diri sendiri akan berakibatkan ketidakpercayaan kepada diri sendiri. dimana akhirnya kita tidak akan percaya dengan kemampuan kita, tidak percaya dengan talenta kita, tidak percaya bahwa kita berharga. alhasil kita kelak akan menjadi orang yang paling pesimis dan tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas karena ketidak hadirannya komitmen dalam diri kita.

dalam sebuah perubahan, diperlukan sebuah tekad yang kuat, komitmen, konsistensi dan pengorbanan yang nyata. kita tidak mungkin mendapatkan semuanya dalam waktu yang sama. kita tidak mungkin berada di dua tempat yang berbeda dalam menit dan detik yang sama. salah satu harus kita korbankan atau kita tunda untuk yang lain. ingin sukses, tinggalkan
kebiasaan bermalas-malasan. ingin kurus, tinggalkan kebiasaan ngemil malam hari. ingin terhindar dari diabetes, tinggalkan mengkonsumsi gula terlalu banyak. semua hal memiliki konsekuensi sendiri.

jangan pernah takut untuk meninggalkan kebiasaan kita yang terdahulu jika semua akan berdampak baik kedepannya. jika itu pahit namun itu hanya di awal saja.setelah itu kita akan terbiasa dan akan menjadikannya sebuah kebiasaan yan baru. ambillah jalan yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. jangan pernah menjadi orang yang hanya omong saja, buktikanlah
dengan tindakan.

Jumat, 20 Mei 2011

Pasti Ada Jalan

Oleh Rizki Dwi Wahyu Kurniawan

Setiap manusia di muka bumi ini pasti pernahmengalami kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Kesulitan-kesulitan ini selalu datang seolah-olah tidak ada habisnya. Apalagi kesulitan-kesulitan ini banyak ragamnya. Tidak sedikit yang gerah dan mengeluh karena kesulitan yang mereka hadapi.

Mengeluh adalah senjata utama yang dikeluarkan oleh kebanyakan manusia ketika menghadapi sebuah kesulitan khususnya kaum hawa. Seorang ustadz di salah satu program TV swasta juga mengatakan bahwa wanita itu yang lebih mudah dan sering mengeluh daripada kaum hawa. Meskipun demikian, bukan berarti kaum Adam tidak pernah mengeluh, mereka juga pasti mengeluh. Mereka mengeluh seolah-olah Kesulitan yang mereka hadapi tidak bisa terselesaikan dan sangat memberatkan.

Untuk apa sih mengeluh? Ini adalah pertanyaan yang wajib kita tujukan pada diri kita sendiri. Ingat kawan,mengeluh bukanlah sebuah solusi. Mengeluh hanya menambah frustasi dan lelah pikiran pada diri kita sendiri. Bukannya Kelar namun menambah beban saja.

Semua Kesulitan atau cobaan yang Allah berikan harus kita hadapi dengan sabar dan baik. Allah memberikan semua ini guna menguji apakah kita benar-benar ciptaannya yang beriman atau tidak. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan kesabaran kita dalam menjalani kesulitan yang Dia berikan. Pasti ada balasannya dibalik semua ini. Yaitu balasan yang sangat mulia dari Allah yaitu ampunan dan rahmat-Nya.

Yuk, simak firman Allah berikut ini :

“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (QS Al-baqarah 2:155-156)

Bagaimana kawan? Masihkah kita pantas mengeluh? Atau masihkan kita belum yakin akan mampu menghadapi semua ini?

Kita harus optimi dalam kehidupan ini. Pasti ada jalan, pasti kita mampu. Mintalah petunjuk dari Allah SWT seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau menghadapi suatu kesulitan. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut ini.

Dari Hudzifah r.a, ia berkata “Apabila Rasulullah SAW menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat.” HR. Ahmad Abu Dawud

Shalat akan membawa ketenangan bagi hati kita dan pikiran kita. Jika pikiran tenang pasti kita mampu berpikir lebih jernih. Dengan pikiran jernih, kita juga akan mampu mencari solusi yang tepat untuk segala bentuk kesulitan.

Tiada kesulitan yang tidak mungkin bisa untuk dipecahkan karena bersama kesulitan ada kemudahan seperti yang terdapat dalam surah Al-Insyirah ayat lima dan dipertegas kembali dengan perkataan yang sama dalam ayat selanjutnya.

Tidak salah lagi, kita pasti bisa. Semua kesulitan pasti bisa kita hadapi apalagi Allah tidak membebani kita melebihi batas kemampuan kita. Jadi tidak mungkin overload, kawan.

Allah berfirman dalam surah Al-baqarah ayat 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”.

Keep spirit, kawan!

Kamis, 19 Mei 2011

Siapakah Sahabat Sejati Kita Itu?

oleh : Rizki Dwi Wahyu Kurniawan

Sahabat, adalah orang yang lebih dari sekedar teman. Dia adalah orang yang spesial di hati kita. Tak sedikit orang di muka bumi ini yang memiliki sahabat sejati dan tak sedikit pula yang mendambakannya.

Namun sahabat sejati seperti apakah sejatinya?

Teman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter seorang individu. Begitulah pernyataan yang saya pelajari dalam ilmu sosiologi ketika saya duduk di bangku SMA. Hal itu memang benar dan saya pribadi mengalaminya.
Saya dahulu adalah anak pendiam dan tidak terlalu memperhatikan style busana yang ada di pikiran saya adalah belajar. Namun, ketika saya mulai berkenalan dengan teman-teman yang terkenal karena gaulnya, lambat laun saya mulai terpengaruhi.
Saya jauh lebih memperhatikan dengan apa yang saya kenakan daripada apa yang saya lakukan
untuk mengisi waktu luang saya. Kegiatan belajar saya sedikit demi sedikit saya tinggalkan. Teman-teman saya lebih sering mengajak saya keluar untuk bermain daripada belajar.
Saya saat itu mulai berubah. Prestasi belajar saya sedikit-demi sedikit mulai turun dan pengeluaran saya mulai naik. Namun, alhamdulillah saya masih sadar akan pentingnya sekolah sehingga saya tidak terlalu lupa diri.

Itu sedikit contoh yang sangat sederhana. Mungkin jutaan remaja di dunia ini mengalami hal yang sama. Mengalami apa yang dinamakan pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma adalah perubahan prinsip atau ideologi baik mengenai dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Hal ini bisa terjadi pada siapa saja tidak memandang orang itu baik atau tidak.

Jika kita mengamati dari sepintas contoh di atas, teman-teman yang membuat saya berubah itu
kurang baik dalam arti bukan mereka menyesatkan saya apalagi menyesatkan dari jalan Allah swt. Tetapi mereka memberikan contoh dan mengajak untuk mengikuti kebiasaan mereka sehingga saya meninggalkan kebiasaan baik saya seperti belajar, membantu orang tua di rumah dll dan lebih cenderung untuk bersenang-senang. Naudzubillah.

Kawan, kita harus berhati-hati dalam memilih siapa teman kita apalagi memilih siapa sahabat kita. Baik tidaknya sahabat kita nanti akan berpengaruh kepada diri kita sendiri. Untung-untung
sahabat kita baik, selalu mengingatkan kita kepada Allah swt, shalatnya bagus, bertutur baik,
sopan pokoknya memiliki sifat calon penghurni surga gitu. Tapi kalau sahabat kita memiliki
sifat sebaliknya? Bukan hanya celaka di dunia saja kawan, namun yang paling menakutkan adalah membahayakan kita kelak di akhirat alias bisa-bisa memasukkan kita dalam neraka jahanam. Naudzubillah.

Sejatinya sahabat adalah seseorang yang selalu mengajak kita pada kebaikan, mengajarkan kebaikan dan senantiasa memberikan kita kebaikan. Jika demikian, kebaikanlah yang kelak kita dapatkan. "What goes around, comes around".

Sahabat sejati adalah sahabat yang mampu memberikan kita kebahagiaan sejatinya. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang merdeka, terbebas dari cengkraman syahwatnya serta mampun menahan hawa nafsunya dan kebahagiaan itu merupakan hasil dari perbuatan yang luhur dan bernilai. Jadi kebahagiaan itu tidak seperti berfoya-foya dan sejenisnya yang hanya memuaskan hawa nafsu semata.
Mereka (sahabat kita) tidak akan meninggalkan kita. Yakni tidak akan pernah dan ikhlas meninggalkan kita berada dalam jurang maksiat.

Bahagianya memiliki sahabat sejati. Beruntung bagi para pembaca yang memiliki sahabat sejati.
Balaslah mereka dengan kebaikan juga. Jagalah persahabatan dengan kebaikan dan yang paling penting
adalah dengan doa. Semoga kita dipertemukan di akhirat kelak dengan sahabat-sahabat kita dalam keadaan yang sebaik-baiknya.amin

Bagaimana jika sahabat kita ternyata kurang baik dalam segi iman dan ahlak? Inilah tugas kita
untuk mengajaknya pada kebaikan, jika kita adalah sahabat mereka, InsyaAllah kita pasti bisa
mengajak mereka berubah, karena kita termasuk orang-orang yang berpengaruh bagi mereka, karena kita adalah sahabat mereka.

Selasa, 17 Mei 2011

Mengapa Enggan Mengubah Diri


Oleh : Abdullah Gymnastiar

Kekuatan seseorang mengubah dirinya akan menjadi salahsatu kunci kesuksesan memburu pertolongan Allah Azzawa Jalla. Kita banyak keinginan dan dengan begitu lantas kitapun jadi banyak berharap dan berdoa kepada Allah. Namun sibuknya meminta kadang-kadang membuatkita tidak sempat menilai diri sendiri. Padahal justru kalau kita berdoa dan berakibat kita mengubah diri,maka Allah pun akan memberi apa yang diminta. Ini dikarenakan doa itu adalah pengiring agar kita bisa mengubah diri.

Jadi, kalau kita banyak berharap, banyak minta sesuatukepada Allah dan begitu besarnya keinginan agar Allah mengijabah doa kita, tetapi kita sendiri tidak pernahmau membuat diri sendiri berubah menjadi lebih baik, berarti ada yang salah dari permintaan kita."Bagaimana engkau menginginkan sesuatu yang luarbiasa, padahal engkau sendiri tidak mengubah dirimu dari kebiasaannya?" tanya Imam Ibnu Athoilah.

Kita berharap padi yang kita tanam dapat tumbuh subur dan bernas bulirnya tetapi kita sendiri tidak bergairah mencangkul, memberi pupuk dan memeliharanya dengan baik. Manakah mungkin keinginan itu dapat tercapai? Kita berdoa kepada Allah karena ingin dimudahkan dalam mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Tetapi, kita tidak meningkatkan kegigihan belajar, enggan memperluas wawasan, malas berkonsultasi, tidak mau menggali informasi sebanyak-banyaknya; pendek kata tidak maubersungguh-sungguh, ini berarti doa yang kita panjatkan tak lebih dari doa hampa belaka.

Betapa tidak? Sebetulnya kekuatan doa itu akan jauh lebih efektif ketika kita sanggup mengubah diri dengandoa tersebut. Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasibnya sendiri demikian sabda Rasul SAW. Umar bin Khattab sendiri pernah mengusir seseorang dari masjid lantaran beberapa kali dijumpai sedang sibuk berdoa tanpa kelihatan keluar untuk berikhtiar.

Pernah suatu ketika ada seorang istri yang begitu mendambakan memiliki anak-anak yang shalih dan suami yang lebih bertanggung jawab, dapat menjadi teladan yang baik bagi keluarga serta taat dalam beribadah. Ia telah banyak memanjatkan doa kepada Allah. Tak jarang pula mendatangi ulama untuk meminta nasihat dan didoakan.

Akan tetapi, wanita tersebut ibadahnya tidak pernah ditingkatkan. halatnya masih biasa-biasa saja. Dinasihatkan agar mulai belajar mengenakan busana muslimah kalau memang ingin semakin dekat kepada Allah, sehingga doanya membuahkan ijabah. Mudah-mudahan dengan demikian Allah melihat ia lebih sungguh-sungguh lagi dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Lihat pula kedalam diri sendiri, selidikilah apa saja yang kurang dari kebiasaan ibadah selama ini. Tidak cukup hanya dengan doa saja.

Namun,bila semua ikhtiar mengubah diri tersebut enggan dilakukan, bagaimana mungkin segala sesuatu yang diharapkan itu bisa kesampaian?Kita harus mulai berani mengubah kebiasaan yang kurang baik, sejauh yang sanggup kita ubah. Bila kita selama ini terbiasa merokok cobalah mulai dikurangi. Daripada uang dibelikan rokok lebih baik disedekahkan karena bersedekah itu jelas-jelas merupakan perbuatan muliayang mengandung nilai pahala yang amat tinggi, sedangkan "membakar" uang melalui rokok, adalah perbuatan mubadzir yang mengundang bala.

Malam hari yang biasanya tidur pulas, kali ini bangunlah untuk tahajud. Siang hari, yang biasanyasegala makanan disantap, cobalah kali ini belajarmenahan diri dengan melaksanakan shaum sunnah. Selama ini sudah terbiasa tidak bisa menahan lisan, gemar berbicara banyak, berkomentar tentang hal-hal yang tidak perlu dan menahan diri. Bukankah Rasulullah SAW sendiri pernah menegaskan,"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah ia mengucapkan kata-kata yang baik atau hendaklah ia diam" (HR.Bukhari Muslim)

Kita banyak didera oleh berbagai persoalan hidup, lantas sangat berharap segera terbebas dan beroleh kenyamanan dan kebahagiaan, tetapi selama hidup tidak pernah masuk ke mesjid. Bukankah kesanggupan pergi ke mesjid untuk bersujud kehadapan-Nya itu adalah karunia Allah yang diberikan kepada kita? Tidak ada yang bisa datang kerumah Allah, kecuali orang yang diundang oleh-Nya.

Demikian juga ketika hendak makan, hendaknya terlebih dahulu curigai makanan dihadapan ktia. Halal, haram atau syubhatkah? lalu tengok pakaian yang sedang kita kenakan, adakah memang milik sendiri, tidakkah dibeli dengan uang haram? Mulut mungkin selama ini terlalu banyak dipergunakan untuk menyakiti perasaan orang lain. Mulailah direm sekarang juga.

Pendek kata semakin banyak permintaan yang kita panjatkan kepada Allah, semakin kita harus pandai-pandai mencermati diri, apalagi yang harus kita ubah dari diri kita. Insya Allah semua ini akan membuat lebih cepat diijabahnya suatu doa. Berdoa adalah suatu amalan yang baik, tetapi perubahan suatu amalan yang tidak baik menjadi baik itu juga harus lebih bagus lagi dari yang sudah-sudah.

Kalau kita rajin berdoa tetapi selama ini tidak ada perubahan akhlak, mutu ibadah ataupun pengendalian diri, maka tidak usah menyalahkan siapa-siapa kalaudoa kita sepertinya hampa dan tak terkabulkan. Padahal mustahil Allah tidak mengabulkan doa seorang hamba. Begitu banyak ayat Al Qur'an dan hadist yang menegaskan jaminan Allah ini,"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku menjawab doa seseorang yang berdoa manakala ia berdoa" (QS.AlBaqarah:186)

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah itu hidup lagi Maha Mulia dan Maha Pemurah. Dia malu apabila seseorang menengadahkan kedua tanggannya, untuk menolaknya dalam keadaan hampa dan sia-sia (HR. Timidzi)

Dengan demikian, lebih memikirkan upaya untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kurang baik, ternyata faktor yang sangat penting bagi siapa saja yang ingin doanya lebih cepat diijabah. Betapa tidak? Karena pada umumnya orang itu suka lebih sibuk dan merasa pusing

Bahkan tidak usah heran kalau suatu saat kita berharap mampu berubah, lalu Allah menolong kita dengan menyampaikan aib dan kekurangan kita tentu saja syariatnya lewat manusia misalnya lewat cercaan langsung, lewat surat dan sebagainya. Bagi orang yang doanya ingin diijabah, ia akan melihat kritik, pencelaan, atau cercaan orang lain itu sebagai bagian dari karunia Allah, sehingga ia lebih mudah mengubah diri daripada sibuk-sibuk membela diri.

Tidak demikian halnya bagi orang yang tidak mau berubah. Ketika mendapatkan sesuatu yang tidak enak, mendengar kritik atau hinaan orang, maka ia akan lebih sibuk membela diri daripada segera berintropeksi untuk mengubah diri. Bahkan ia akan serta untuk menutup-nutupi, bukannya memperbaiki.Nah kalau kita lebih suka berdalih daripada mengubah diri, kita tidak usah terlalu banyak berharap. Terhalang doa kita nantinya justru oleh kelakukan kita sendiri.

Dalam berdoa itu sebenarnya yang penting bukan diijabahnya karena hal itu toh sudah menjadi janji dan jaminan Allah. Tetapi bagaimana agar dengan doa kita bisa membuat mutu diri semakin tinggi dan semakin dekat dengan Allah, inilah justru faktor yang harus kita tekankan. Bukankah sejak bayi, bahkan sejak masih dikandungan ibu, kita banyak dicukupi oleh Allah, padahal kita tidak terus-menerus berdoa?

Permintaan dan keinginan kita yang tidak terucap atau belum terpikir, justru diberikanNya kepada kita. Kitatidak berdoa minta makan, namun toh hingga kini kita terus bisa makan. Kita tidak pernah berdoa minta baju, namun toh sampai saat ini kita tetap mampu mengenakan baju. Berapa puluh tahun kita hidup tanpa doa, tetapisegala kebutuhan kita dapat tercukupi. Hanya saja semua itu tidak memiliki arti karena kita enggan mendekat dan akrab dengan Allah.

Sekarang kita tahu ilmunya, sehingga setiap memiliki keinginan tertentu kita lantas berdoa. Ada sedikit musibah, segera berdoa. Diuji dengan ketakutan, serta merta berdoa. Padahal yang lebih penting justru dengan doa sebetulnya diharapkan semakin baik pribadi kita, akhlak pin semakin bermutu, cemerlang dan kian dekat kepada Allah. Inilah sesungguhnya yang lebih besar nilainya daripada sekedar pemberian-pemberian dari Allah yang sebetulnya diberikan diberikan juga kepada kita ketika berdoa.

Jadi ternyata ada nilai yang lebih tinggi dari sebuah doa. Bukan sekedar ijabahnya saja, karena hal itu sudah tidak perlu kita ragukan. Allah kalau sudah berjanji, mustahil tidak Dia tepati. Melainkan nilai yang lebih tinggi daripada itu, sekali lagi adalah perubahan diri kita-yang disebabkan oleh permintaan kita kepada Allah-menjadi lebih baik, lebih bermutu dan lebih
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...