Rabu, 02 November 2011

Menyambut sang gaji datang


                "Hari orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang yang merugi.


                Dan belanjakanlah sebagian hartamu dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu; lalu ia berkata : “ya Rabb-ku mengapa engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?


                Dan Allah sekali-kali tidak menagguhkan (kematian)sesorang apabila telah datang waktu kematiannya dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan."
                QS : Al-Munafiqun 9-11



Sebentar lagi mayoritas pegawai negeri di Indonesia akan menerima gaji bulanan sepertinya. Senangnya tak teramat bagi pegawai baru yang akhirnya bisa menerima gaji pertamanya setelah berhari-hari bekerja hingga lelah fisik dan mental. Tidak hanya para pegawai juga ternyata yang akan menerima gaji, namun kami sebagai para mahasiswa asing di Turki akan menerima beasiswa pertama kami. Kami sudah tidak sabar menyambut sang gaji pertama setelah 2 bulan kami dilanda oleh krisis moneter sehingga kami harus berjuang keras untuk hidup di negara orang ini.

Seiring akan datangnya sang beasiswa ituTeman-teman saya saling berangan-angan dan berencana untuk membeli ini membeli itu. sepatu, jaket dan lain-lain. Bahkan jauh sebelumnya mereka sudah crosscheck ke toko-toko, mengincar apa-apa  yang mereka inginkan.


Di kelas mungil itu selalu terdengar kata-kata “aku pengen beli ini aku pengen beli itu”. “wah jaket di tokok A bagus and harganya segitu”. Melihat mereka berangan-angan membuat saya ketawa.

saya hanya bisa mendengarkan apa yang mereka sedang bicarakan karena saya hanyalah pendengar. disamping itu saya juga tidak nafsu untuk bercuap-cuap  dan enggan terlibat dalam perbincangan mereka. meski dalam diri ini juga menyutujui keinginan mereka dan ikut menambahi keseruan dalam perbincangan mereka. Namun sepertinya kurang enak saja untuk dipikirkan sampai sejauh itu.


Teman-teman yang saya sayangi, keinginan duniawi tersebut wajar kita miliki. Namun bukankah lebih baik bagi kita untuk berencana membelanjakan sebagian harta itu di jalan Allah nantinya? Bukankah rencana seperti itulah yang seharusnya kita pikirkan terlebih dahulu sebelum rencana lainnya yang ingin kita wujudkan? Sayangnya, pemikiran seperti ini jarang kita miliki. Justru kita lupa dan menjadi kufur atas nikmat Allah.


Kita adalah mahluk yang berakal dan mahluk yang beradab. Jika kita beradab, seharusnya kita tahu akan balas budi.seharusnya Kita tahu diri bagaimana kita sebenarnya dan bagaimana kita sebelumnya.ingatlah bagaimana kita dahulu. Siapakah yang kita ingat dan kita berdoa kepadanya ketika kita menghadapi masa-masa sulit itu? Allah bukan. Namun mengapa setelah kita senang kita lupakan Dia? Seperti kacang lupa kulitnya.

Mari kita bayangkan saja jika kita memiliki teman dan ketika teman itu sedang kesusahan dia datang kepada kita untuk meminta bantuan. Kita membantunya, mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan harta. Namun, kita dia telah berhasil keluar dari kesusahannya dan kembali bahagia dia lupa kepada kita. Dia lupa kepada kita sebagai orang yang ada di balik layar kebahagiaannya, sebagai orang yang berjasa menolongnya.Kita pastlahi akan merasakan sakit hati dan kita pun pasti enggan untuk membantu dia lagi ketika musibah kembali melanda dan menghilangkan kebahagiannya itu.

Jika demikian, pantaskah kita melupakan Sang Penolong? Pantaskah kita menomorduakan Sang Pemberi Bantuan?sungguh tidak pantas.


Kebahagiaan sudah di depan mata bahkan sudah kita raih juga. Tunggu apa lagi, mari kita cari Allah. Mari kita berterima kasih kepada Allah dan memohon atas keridhoannya. Membelanjakan sebagian apa yang kita dapat sebagai wujud dari rasa terima kasih itu. rencanakan untuk berterima kasih. Rencanakan bagaimana untuk membelanjakan di jalanNya. Jangan sampai nikmat Allah membuat kita menjadi kufur dan lupa diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...